Sekitar pukul 12.00 WIB, Kamis 17 Maret 2011, paket bom itu diledakkan tim Gegana Polda Metro Jaya di depan Kantor Republik Cinta Manajemen, Jalan Pinang Perak III, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Ledakan terdengar hingga radius 200 meter, atau sampai ke wilayah mal Pondok Indah 1.
Sebenarnya, paket mencurigakan ini diterima anak buah Dhani pada hari yang bersamaan saat tiga paket bom lainnya, Selasa 15 Maret 2011, sekitar pukul 09.30 WIB. Tapi anak buah Dhani belum membuka isinya, dan sempat menginapkan paket bahaya itu di dalam kantor perusahaan yang membawahi sejumlah artis itu.
Tak ingin ambil risiko, pegawai Dhani yang curiga langsung menelepon polisi. Apa yang membuat Ahmad Dhani mencurigai paket itu? "Jadi ketika dibuka, sampul bukunya agak lengket. Setelah itu, karena curiga akhirnya menelepon polisi," kata Kepala Unit Serse Polsek Kebayoran Lama, Inspektur Satu Polisi Prayitno, saat dihubungi VIVAnews.com, Kamis 17 Maret 2011.
Buku yang lengket dan sulit dibuka itu berciri persis dengan paket buku yang ditujukan untuk pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalla di Komunitas Utan Kayu, Jakarta Timur.
Malangnya, bom untuk Ulil itu meledak dan melukai tiga orang. Satu polisi luka parah sehingga harus diamputasi sampai setengah lengan. Dua paket lainnya berhasil dijinakkan Gegana. Dua paket itu ditujukan kepada Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Gories Mere di kantornya, Jakarta Timur. Paket ketiga di kediaman Ketua Umum Pemuda Pancasila Japto S Soerjosoemarno di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Paket yang ditujukan untuk Dhani juga tertera nama pengirim, seperti yang paket bom untuk Ulil. Paket untuk Dhani dikirim oleh Alamsyah Muchtar, S.Sos, alamat Jalan Dermaga 21, Bogor, Jawa Barat. Alamat si pengirim dipastikan fiktif. "Sejauh ini kami tidak pernah mendengar nomor 21, yang ada hanya nomor 22, 23 dan 24," kata Ujang, ketua RT setempat.
Sedangkan pengirim bom untuk Ulil juga beralamatkan di Bogor. Hingga kini, alamat si pengirim bom untuk Ulil belum juga ditemukan. Diduga kuat, fiktif.
Kemiripan lain bom untuk Dhani dengan Ulil adalah modus pelaku dan komponen bom. Untuk modusnya, si pelaku meminta Dhani untuk mengisi kata pengantar buku berjudul Yahudi Militan.
"Jadi ada surat sama bukunya. Di covernya itu tertulis Yahudi Militan. Surat itu meminta saya untuk bikin kata pengantar," kata Dhani saat ditemui di kantor Republik Cinta Manajemen, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis 17 Maret 2011.
Namun, ada sedikit perbedaan dibanding Ulil. Sebelum menerima paket bom ini, Dhani mengaku mendapat ancaman lewat Twitter. "Di Twitter saya diancam. Nama akunnya Mayla siapalah itu. Dia tulis: 'lihat aja besok lu terima hadiah dan kejutan'," kata Dhani. Awalnya, Dhani tidak menanggapi ancaman di Twitter ini. Karena dia yakin, akun Twitter itu palsu.
Menurut Dhani, judul buku itu memang bisa menarik minat orang yang menjadi sasaran bom. Ia mengaku pernah dituduh sebagai agen Yahudi. Tapi mantan suami dari artis Maia Estianty ini membantah keras. "Itu fitnah, saya bukan agen Yahudi. Saya agen kopi." ucapnya.
Polisi masih menelusuri adanya kemungkinan tiga paket bom itu dikirim kurir yang sama. Dugaan ini muncul mengingat ada jeda waktu yang cukup lama ketika paket itu sampai ke lokasi. Hingga kini, sudah 20 saksi yang dimintai keterangan terkait tiga paket bom buku itu. Di antaranya karyawan Kantor Berita Radio 68 H, petugas keamanan di gedung BNN dan petugas keamanan di rumah Japto.
Kepolisian Daerah Metro Jaya terus menyempurnakan sketsa wajah kurir paket bom buku di semua lokasi. "Saat ini petugas masih mengumpulkan informasi dari saksi, makanya sketsa wajah belum selesai," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar, di Jakarta, Kamis 17 Maret 2011.
Tapi apa dugaan motif paket bom untuk Ahmad Dhani? Ketua Badan Nasional Penanggulangan Teroris, Ansyad Mbay, menduga pengiriman bom kepada Dhani itu tak lepas dari rekam jejak Dhani.
Dhani tercatat pernah dikecam terkait simbol band Dewa yang dinilai menghina simbol agama tertentu. "Bisa saja, ini kan kita bisa membangun teori itu dari mana, apa kiprah orang ini, yang dalam kiprahnya siapa yang tidak senang, memusuhi dia," kata Ansyad saat dihubungi VIVAnews.com, Kamis 17 Maret 2011.
Ansyad menduga, ketiga orang yang dikirim paket sebelumnya itu dinilai bertentangan dengan faham para pengirim bom. Japto dinilai sebagai simbol pengusung ideologi Pancasila yang ditentang oleh kelompok teroris. "Kalau Gories dan Ulil itu posisinya seperti apa kita sudah tahu lah," kata dia.
Menurut Ansyad, pelaku teror pengiriman bom ini adalah pelaku lama. "Ya dari kelompok yang biasa melakukan teror bom," kata dia. BNPT menduga masih ada paket bom yang akan dikirimkan kepada sasaran yang telah ditentukan.
Namun, BNPT tak bisa menentukan siapa saja yang menjadi sasaran itu. Yang jelas, kata dia, saat ini, BNPT telah bergerak melakukan upaya pengungkapan secara tuntas terhadap teror bom ini. "Densus 88 sudah turun dan kita tunggu saja hasilnya," kata dia.
Masih ada paket lainnya? Informasi yang diterima VIVAnews.com di kepolisian, memang disebut ada paket sejenis hingga berjumlah 44 paket. Informasi itu diterima VIVAnews.com sejak kemarin, Rabu 16 Maret 2011.
"Apakah sudah dikirim atau belum, itu belum bisa dipastikan," kata sumber VIVAnews.com di kepolisian. Tapi, isu ini keburu dibantah keras Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo. "Tidak ada," kata Timur di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Kamis 17 Maret 2011.
Kapolri mengakui ada modus baru dalam teror bom yang ditujukan kepada perorangan akhir-akhir ini. Timur belum bisa menjelaskan maksud pernyataan Ansyad Mbai. Apakah pelaku merupakan 'pemain lama' atau masih terkait jaringan teroris Noordin M Top? "Kita jangan menduga-duga dulu. Ini modus baru. Kita perlu melakukan langkah-langkah lebih cermat," ujar Timur.
Hanya saja, kata dia, salah satu ciri khas pelaku yakni mengirim paket menggunakan kurir. "Itu yang memang sedang kami periksa secara lebih cermat kurir-kurir tadi yang memang jadi target kami," ucapnya.
Sumber: http://agiweswos.blogspot.com/