Lembaga Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan, pencemaran radiasi nuklir yang terdeteksi pada beberapa produk makanan dan susu di Jepang perlu ditanggapi lebih serius, seperti dilaporkan Associated Press.
“Tidak sesederhana yang awalnya kami pikirkan. Kondisi yang terjadi lebih serius,” kata Peter Cordingley, juru bicara WHO untuk Pasific Barat yang berkantor di Manila, kepada CNN.
Kecemasan itu menyusul temuan sejumlah produk makanan yang terpapar radiasi. Bahkan, sejak Minggu, Jepang menghentikan ekspor susu dan beberapa jenis sayuran seperti bayam, canola, dan krisan hijau yang tercemar.
WHO meminta masyarakat menghindari konsumsi pangan olahan dari pabrik yang berjarak kurang dari 18 mil dari pusat kebocoran radiasi. Juga produk susu dari ternak sapi yang hidup di area tersebut dan sayur yang tumbuh dalam radius kurang dari 75 mil.
Peter menambahkan, tidak semua makanan di radius itu terpapar radiasi. Sejumlah produk pangan masih tetap aman dikonsumsi. Ia meihat, masyarakat Jepang sudah cermat memilih produk makanan aman dikonsumsi.
Dalam laporan The Wall Street Journal yang dikuti Aol News, pemerintah Jepang telah membagikan air kemasan kepada penduduk di sebuah desa yang berlokasi 20 mil dari PLTN. Ini dilakukan karena air di pemukiman tersebut telah tercemar unsur radiasi iodine-131.
Sekretaris Kabinet Jepang, Yukio Edano, mengatakan, pasokan air masih aman untuk mandi dan tujuan non-konsumsi, walau ditemukan paparan radiasi di beberapa area. Tingkat radiasi di radius aman juga belum menimbulkan bahaya langsung bagi kesehatan.
Edano juga menegaskan bahwa paparan radiasi yang terdeteksi dalam sejumlah produk makanan tidak menimbulkan ancaman langsung terhadao kesehatan, meski kadarnya melebihi batas normal. Konsumsi akan mengkhawatirkan bila produk dikonsumsi berulangkali sepanjang hidup.
Peter memastikan tidak ada tanda-tanda produk pangan Jepang yang tercemar beredar di negara lain. Meski demikian, China dan Korea Selatan melakukan inspeksi ketat terhadap produk makan impor asal Jepang. Beberapa distributor juga menghentikan impor dari Jepang untuk sementara.
Menteri Luar Negeri China, Yang Jiechi, mengatakan, kebocoran nuklir Jepang memberikan peringatan keamanan energi nuklir kepada dunia internasional. Sementara Korea Selatan juga telah memeriksa produk makanan segar dari jepang. Pemantauan diperketat terhadap makanan kering dan olahan dari negara itu.
Tak hanya China dan Korea Selatan, sejumlah toko dan restoran di Asia juga mulai waspada terhadap produk impor asal Jepang. Banyak dari pelaku industri pangan di sana yang menghentikan impor bahan baku dari Jepang untuk sementara.
Shangri-La Asia Ltd. dan Mandarin Oriental Internasional menarik makanan segar impor Jepang dari dapur mereka. Menurut laporan Bloomberg, perusahaan ritail terbesar di Korea Selatan, Lotte Shopping Cos, juga berencana menghentikan penjualan beberapa produk laut asal Jepang.
Di saat kecemasan melanda sejumlah kalangan di Asia, pelaku industri pangan di Australia justru merasa untung. Richard Rains, Kepala Eksekutif Sanger Australia Pty., mengatakan, terjadi peningkatan tajam ekspor daging sapi ke Jepang pascabencana.
“Kami kira ini adalah sebuah bantuan untuk mereka. Banyak orang yang membutuhkan asupan protein di sana,” kata Richard kepada Bloomberg.
Sumber: http://agiweswos.blogspot.com/