Wakil Ketua DPRD Solo, Supriyanto, kepada VIVAnews, hari ini, mengatakan biaya operasional kereta ini tidak signifikan dengan pemasukan. Lebih lanjut, dia merinci, biaya operasional yang dianggarkan untuk sepur kluthuk sebesar Rp700 juta. Sementara itu, pendapatan yang diperolehnya hanya sekitar Rp100 juta per tahun.
"Biaya operasional kereta Jaladara telah dianggarkan sejak 2010 sebesar Rp600 juta. Anggaran tersebut tahun kemarin naik menjadi Rp700 juta," ujar Supriyanto yang juga Sekretaris DPC Partai Demokrat Solo.
DPRD berencana menghentikan anggaran kereta wisata itu pada APBD tahun 2013. "Tahun ini, sepur kluthuk Jaladara masih beroperasi, tapi tahun depan kemungkinan tidak," tuturnya.
Dia menilai, pemerintah kota tidak optimal dalam memanfaatkan kereta wisata tersebut hingga membebani APBD. "Pemerintah kota terlihat tidak bekerja keras untuk menyeimbangkan dengan hasil pendapatan, sehingga hasilnya merugi," tegasnya.
Seperti diketahui, kereta api loko uang seri C 1218 dan dua gerbong penumpang didatangkan pemerintah kota Solo dari Museum Kereta Api Ambarawa pada 10 September 2009. Kereta tersebut difungsikan menjadi kereta wisata yang melintas membelah tengah kota Solo.